hmmm.
mungkin bahasannya agak berat, tapi sobat perlu tahu juga bahwa urgent dan pentingnya tentang halal buat tubuh kita itu sendiri.
dalam hadits yang diriwayatkan Tirmizi, Rasulullah menegaskan bahwa "setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, api neraka lebih berhak terhadapnya".
trus, bagaimana penentuan halal dan haram dalam Islam??

sobat semua kalo menjudment tentang halal dan harom makanan berdasarkan rasa suka ato tidak suka itu salah. makanan A haram karena aku gak doyan, makanan B halal cz harga murah, dan lain sebagainya. itu semua salah kaprah, sebab tindakan itu sendiri dipandang sebagai membuat-buat hukum (tahakkum) yang sangat dilarang oleh agama. ini dalilnya gan,

"dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebutsebut oleh lidahmu secara dusta, ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. sesungguhnya orang yang mengadaadakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung" (An Nahl, 116)

oleh karena itu, penentuan halal ato tidaknya suatu makanan harus didasarkan pada Al-Qur'an, As-Sunnah, dan kaidah-kaidah hukum, yakni pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan secara syariah. akan tetapi, dapatkah setiap orang mengetahui mana pangan yang halal dan haram berdasarkan 3 hal tersebut?? kalo jaman dulu seh gampangcz jenis dan bahan pangan halal yang mudah dikenali serta pemrosesannya pun tidak bermacam-macam. kalo sekarang?? pastinya permasalahannya gak esimple itu kang. sekarang banyak produk olahan yang diolah dg teknologi tinggi yang melibatkan banyak bahan ato zat yang lebih kompleks yang tidak tertutup kemungkinan bahan tersebut halal ato tidak.

oleh karena itu, dapat disimpulakan bahwa tidak semua orang muslim dapat dengan mudah mengetahui makanan A halal atokah haram. karena untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan pengetahuan yang cukup memadai tentang kaidah-kaidah syari'at Islam. kita coba lihat hadits Rasulullah SAW.

"yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, dan diantara keduanya ada hal-hal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. barang siapa hati-hati dalam perkara syubhat, sunggguh ia telah berupaya menyelamatkan agama dan harga dirinya, dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, ia terjerumus ke dalam yang haram, laksana penggembala yang menggembalakan (ternaknya) di sekitar kawasan terlarang, nyaris ia menggembala di kawasan terlarang tsb. ketahuilah bahwa setiap raja memiliki kawasan terlarang, ketahuilah bahwa kawasan terlarang (milik) Allah adalah larangan-larangan (hal-hal yang diharamkan-Nya)" (HR. Muslim dari Nu'man Basyir).

hadits ini menunjukkan bahwa segala sesuatu itu ada yang sudah jelas kehalalannya dan ada pula yang sudah jelas keharamannya. disamping itu, dalam hadits tsb juga disebutkan 'hal-hal yang samar (syubhat)', yang status hukumnya halal atokah haram, tidak diketahui oleh banyak orang.
bagi umat Islam produk yang masuk kategori syubhat ini tidak dipandang sebagai persoalan sederhana, tetapi lebih merupakan persoalan yang mendapat perhatian besar dan serius. terlebih lagi jika mengingat lanjutan hadits diatas yang menyatakan bahwa "barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, ia terjerumus ke dalam yang haram".

oleh karena itu tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan dan keharaman suatu produk. maka peranan ulama (sebagai kelompok orang yang dipandang memiliki pengetahuan memadai tentang hal tersebut, dalam hal ini MUI) sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan (fatwa) kepada masyarakat luas mengenai status hukum produk tersebut.
semoga MUI tidak salah dalam memberikan fatwa-fatwanya.
wallahu'alam.